Agar Ramadhan Kali Ini Lebih Baik

Oleh: Irsyad Syafar

Bulan Ramadhan adalah nikmat Allah Swt yang terbesar dan anugerahNya yang teristimewa bagi kita umat Islam. Karena dengan datangnya bulan tersebut kita mendapatkan peluang untuk meraih sebanyak-banyaknya pahala dan ridha dari Allah, sekaligus mengikis dan membuang sebanyak-banyaknya noda dan dosa yang kita perbuat.

Ramadhan adalah bulan berpuasa, bulan shalat malam (Qiyamullail) dan bulan Al Quran dengan segala interaksi bersamanya. Semuanya adalah amalan-amalan istimewa disisi Allah Swt. Sebaliknya, Ramadhan juga bulan ampunan, bulan bertaubat dan bulan penyelamatan dari siksa api neraka. Dan itu merupakan keselamatan dan kemenangan besar. Wajar kemudian Rasulullah Saw menyatakan dalam haditsnya ketika mengaminkan do’a Malaikat tiga kali, lalu Beliau berkata: “Barang siapa yang bertemu Ramadhan lalu tidak mendapatkan ampunan, lalu Allah jauhkan ia (dari rahmatNya) dan masuk neraka, maka aku katakana: “Aamiin.” (HR Thabraniy)

Karena itu, sudah seyogyanya kita bersyukur dan menyambut gembira kedatangan bulan yang paling mulia ini. Kesyukuran itu tentunya harus terwujud dalam bentuk optimalisasi amal ibadah selama bulan tersebut. Baik secara kualitas ataupun kuantitas. Perlunya optimalisasi tersebut karena target akhir dari puasa Ramadhan adalah tercapainya predikat insan bertaqwa kepada Allah dalam arti yang sebenarnya. Kita tidak menginginkan realita sebagian kaum muslimin yang sudah sangat sering bertemu dengan Ramadhan, namun tidak mengalami perbaikan dari tahun-ketahun. Kondisinya sebelum Ramadhan tak jauh beda dengan pasca Ramadhan. Begitu-begitu saja.

Disamping itu tidak satu pun yang mampu menjamin bahwa kita akan dapat berjumpa lagi dengan Ramadhan berikutnya. Ramadhan yang ini saja sudah cukup banyak kerabat, teman dekat dan kenalan kita yang sudah pasti tidak bersama kita lagi. Mereka telah menemui ajalnya sepanjang pandemi tahun ini. Karena itu, tidak ada pilihan bagi kita, bila Allah taqdirkan bertemu dengan bulan Ramadhan ini, harus lebih baik dari Ramadhan sebelumnya.

Ada beberapa kiat yang perlu kita lakukan agar optimal dalam beramal atau beribadah selama Ramadhan. Diantaranya adalah:

1. Memantapkan kembali wawasan dan ilmu tentang Ramadhan dan puasa.

Kiat ini tentunya dapat diraih dengan kembali menggali dan membaca serta mengkaji beberapa buku yang membahas tentang Ramadhan. Atau kita belajar dan berdialog dengan nara sumber yang kompeten menjadi referensi mengenai Ramadhan. Baik yang menyangkut fiqh shiyam, tarawih, witir, i’tikaf maupun fiqh zakat. Sebab, kalau hanya semangat saja dalam beribadah, bukan karena ilmu dan pemahaman yang benar, maka justru akan lebih banyak merusak dari pada memperbaiki. Malah jangan-jangan bisa tersesat.

Dan yang tidak kalah pentingnya adalah mengetahui lagi Kembali segala hal yang berkaitan dengan keutamaan-keutamaan amal dan ibadah. Baik yang terdapat dalam ayat-ayat Al Quran maupun yang berasal dari hadits-hadits Nabi yang shahih. Karena itu merupakan salah satu motivator yang kuat untuk beramal. Termasuk juga kita perlu mendengarkan bimbingan ulama, Buya atau Kyai yang lurus dan istiqamah, yang terus membuat kita bersemangat beribadah. Datangilah majelis-majelis ilmu dan kajian seputar Ramadhan.

2. Menata jadwal aktifitas harian Ramadhan.

Adalah suatu yang baik jika seandainya kita membuat jadwal harian atau rencana dan target amal ibadah dalam sebulan Ramadhan ini. Kita rencanakan dengan baik akan tilawah Al Quran berapa juz sehari, membaca tafsir berapa ayat, membaca hadits Rasulullah berapa tema, memberikan sedekah atau makanan berbuka untuk berapa orang, akan shalat tarawih dimana, dan iktikaf dimana, dan lain-lain sebagainya. Idealnya amalan tersebut ada yang berskala individu, keluarga, dan juga yang bersifat sosial kemasyarakatan.

Perencanaan dan penjadwalan ini tentunya dalam rangka memotivasi diri kita sendiri sekaligus menjadi alat ukur (evaluasi) bagi diri kita pribadi. “hisablah dirimu sebelum nanti akan dihisab. Timbanglah amalanmu sebelum nanti akan ditimbang”. Begitulah slogan hidup seorang Umar bin Khattab, yang dia telah dijamin masuk sorga oleh Rasululllah Saw. Jangan sampai kita tidak punya rencana apa-apa dan tidak ada target sama sekali di Ramadhan ini.

3. Mengupayakan lingkungan yang kondusif untuk beramal.

Target yang baik dan jadwal yang bagus dan terencana tentunya tidak akan berubah menjadi amal nyata bila tidak didukung oleh lingkungan yang memadai. Oleh sebab itu perlu pengkondisian segala pihak disekitar kita, baik internal keluarga maupun eksternal (lingkungan). Usahakanlah disetiap kita berpergian, bawalah mushaf, perangkat shalat, jadwal imsakiyah, jam tangan, buku bacaan islamy dan lain-lain. Sehingga kapan dan dimanapun kitab isa menambah ibadah dan amal shaleh.

Kita juga harus kondisikan lingkungan dan temapt bekerja, agar kondusif untuk merealisasikan target dan rencana tadi. Kalau kita pimpinan kantor, kita atur jadwal kerja sedemikian rupa sehingga bisa shalat wajib berjamaah dan tepat waktu, bisa shalat dhuha dan juga tilawah Al Quran. Sebaiknya jauhkan televisi dari tempat kita bekerja dan bahkan dari rumah kita. Benda ini tidak saja telah mencuri dunia (uang) kita, tapi juga merampok akhirat kita. Bertemanlah dengan orang-orang yang gigih dalam beribadah. Kurangi pertemanan dengan orang yang akan menghalangi kita beribadah.

4. Menjaga stabilitas kesehatan.

Ilmu dan pemahaman yang mantap, jadwal rencana yang rapi serta lingkungan yang kondusif menjadi tidak akan berarti bila kesehatan fisik kita tidak memungkinkan untuk mengaplikasikannya. Oleh sebab itu menjaga tetap sehat dan segar menjelang dan selama Ramadhan adalah suatu kewajiban. Kita harus jaga pola makan dan minum. Jangan jadikan berbuka sebagai ajang balas dendam. Berbagai makanan dan minuman dihantam saat berbuka. Justru in ikan menjadi sumber penyakit.

Sangatlah bagus bila kita mengutamakan sunnah dan kebiasaan Rasulullah yang sehat dalam makan dan minuman Beliau. Berbuka dengan korma, mengkosumsi madu, susu, buah-buahan dan sayuran, minyak zaitun dan herba lainnya, sangat membantu kesehatan tubuh kita. Kemudian jadwal tidur malam jangan sampai terlambat agar bangun sahur lebih ringan dan kebutuhan tidur sudah terpenuhi. Begadang sampai sahur hanya membuat siang Ramadhan kita semakin loyo.

5. Kekuatan do’a.

Setelah segala strategi disusun, janganlah lupa bergantung kepada Yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana. Dialah tempat meminta dan mengadu. Dan Dialah yang memberi taufiq dan kemudahan. Jika Dia berkehendak, maka segala kesulitan dan rintangan dapat berubah menjadi kemudahan. Bila Dia telah memberikan taufiq, maka beratnya sebuah ibadah akan berubah menjadi ringan dan nikmat (manis).

Sesungguhnya siapa saja yang tidak menggunakan kiat yang terakhir ini betul-betul seorang yang sangat sombong. Dan orang yang sombong dari berdoa, terancam neraka Jahannam dari Allah Swt:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِى سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Artinya: Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS Al Mukmin: 80).

Wallahu A’lam bish shawab.

“Ya Allah! Sampaikanlah umur kami ke bulan Ramadhan, Ya Allah! Terimalah segala amal kami di bulan Ramadhan!”

“Ya Allah, antarkanlah aku hingga sampai Ramadhan, dan antarkanlah Ramadhan kepadaku, dan terimalah amal-amalku di bulan Ramadhan.”

“Ya Allah ampunilah dosaku, kebodohanku, keborosanku dalam urusanku dan apa-apa yang Engkau lebih mengetahuinya daripada diriku. Ya Allah ampunilah dosaku saat aku serius, dosaku saat senda gurauku, dosaku karena kesalahanku dan dosaku karena kesengajaanku, dan semuanya itu ada padaku.”